Maaf untuk pintu yg tak kunjung kubuka..
Aku masih perlu jeda untuk mengumpulkan sisa² nafas kemarinku.
Mungkin jeda yg cukup lama.
Karena nafas ini masih sangat terasa sesak.
Dan bila kudapati setetes embun diatas daun² pagi,
Hatiku lantas menolak, "itu racun!!".
Padahal bening segarnya dapat menghilangkan dahagaku.
Tapi hatiku tetap tak ingin.
Tidak, bukan karena tak butuh.
Tapi hatiku terlalu takut,
Karena ia pernah tertipu oleh air tenang yg nampak jernih,
Ternyata mengandung racun yg sangat mematikan.
Mematikan hati, bahagia, dan cinta.
Obat apa yg dapat memulihkannya?
Hatiku kini dipenuhi rasa takut.
Bagaimana bisa kubuka pintu ini?
Kuncinya saja hilang entah kemana.
Kubuang sejauh kumampu.
Kubuang bersama seluruh perasaanku.
Kosong.
Hanya benci, marah, dan takut yang tertinggal.
Aku masih perlu jeda untuk mengumpulkan sisa² nafas kemarinku.
Mungkin jeda yg cukup lama.
Karena nafas ini masih sangat terasa sesak.
Dan bila kudapati setetes embun diatas daun² pagi,
Hatiku lantas menolak, "itu racun!!".
Padahal bening segarnya dapat menghilangkan dahagaku.
Tapi hatiku tetap tak ingin.
Tidak, bukan karena tak butuh.
Tapi hatiku terlalu takut,
Karena ia pernah tertipu oleh air tenang yg nampak jernih,
Ternyata mengandung racun yg sangat mematikan.
Mematikan hati, bahagia, dan cinta.
Obat apa yg dapat memulihkannya?
Hatiku kini dipenuhi rasa takut.
Bagaimana bisa kubuka pintu ini?
Kuncinya saja hilang entah kemana.
Kubuang sejauh kumampu.
Kubuang bersama seluruh perasaanku.
Kosong.
Hanya benci, marah, dan takut yang tertinggal.
By : Siti Fatma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar